BANYUWANGI, TRIBUNPOST.COM — Ketua partai Gelora banyuwangi Sugiarto setuju adanya gagasan atau pendapat bahwa Universal Basic Income (UBI) sebagai salah satu solusi memutus garis kemiskinan.
Pendapatan dasar universal (UBI) merupakan uang yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan tanpa syarat kepada warganya. Tujuan diberikannya uang ini untuk memenuhi kebutuhan dasar setidaknya di atas garis kemiskinan.
Di Indonesia tentunya hal ini sangat mungkin,dimana persoalannya tinggal mau atau tidak para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan, dalam hal ini pemerintah dan DPR. Pemerintah dan DPR sepakat untuk menetapkannya sebagai salah program untuk rakyat.” kata Sugiarto
“Ada sebuah penelitian di tahun 2017 yg menghasilkan suatu analisis yang secara nyata memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jika dilihat dari analisisnya, besaran UBI yang bisa diberikan kepada setiap individu adalah sebesar Rp 2.010.000. Nominal ini hanya berada sedikit di atas garis kemiskinan”. terang orang nomor 1 di partai Gelora banyuwangi.
Jika UBI benar-benar diterapkan, maka pemerintah Indonesia harus menganggarkan sekitar Rp 55,82 triliun setiap bulan atau Rp 669,84 triliun setiap tahunnya. Jumlah ini mencapai hampir sepertiga pengeluaran negara dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP).
Memang berat dan sulit kelihatannya tapi saya yakin Indonesia mampu, percobaannya saat realokasi anggaran untuk covid-19 kemarin. Banyak anggaran yang dikurangi dialihkan untuk penanganan covid-19, termasuk BLT didalamnya yg serupa dengan konsep UBI”. terang sugiarto
Namun perlu diingat, sesulit apapun ada perspektif bijaksana bahwa kompensasi UBI adalah suatu hal yang niscaya sebagai bagian dari upaya memanusiakan manusia di seluruh pelosok negeri.
“Jika partai Gelora dipercaya pasti akan kami perjuangankan, program universal basic income Ini”, jelasnya
Wacana universal basic income (UBI) menarik untuk didiskusikan sekaligus didorong untuk direalisasikan. Pendekatan ini dimungkinkan untuk akselerasi program mengentas kemiskinan.
“Sudah banyak studi tentang itu, sudah barang tentu setiap program ada plus minusnya tetapi masih banyak plusnya. dipikir enteng-enteng saja jika urusan dasar, urusan “perut” selesai maka orang akan lebih produktif.” Ungkap sugiarto
Terlebih jika kita lihat sejarah masa lalu kenapa leluhur kita mampu berkreasi, menciptakan aneka budaya bahkan mampu melahirkan filsafat-filsafat yang bernilai tinggi, karena tidak terlepas dari kemakmuran pada saat itu. Ketika tingkat kesejahteraan terjamin maka manusia mampu mengembangkan sisi seni dan budaya lebih baik.
“Bagaimana mungkin orang mau berfilsafat, menciptakan tarian dengan estetika yang sangat tinggi, memahat patung yang indah, menciptakan nada musik tradisional yang enak di dengar jika urusan “perut”nya belum selesai”. jelasnya
“Belum lagi jika disandingkan dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, penerapan 4.0 yg dilanjutkan 5.0 tentu era robotic segera hadir juga di Indonesia, dengan demikian mengancam turunnya kesempatan kerja dan meningkatnya pengangguran. Tentu ini masalah bagi kaum muda, milenial dan generasi Z, yg harus dituntut kreatifitas yg tinggi tidak hanya berorientasi mencari bekerja tapi menciptakan lapangan kerja sendiri. Mari kita dorong pemerintah untuk merealisasikan UBI untuk masyarakat lebih baik, lebih dari itu penerapan UBI merupakan manifestasi dan pengejawantahan konstitusi dasar kita UUD 1945.” papar Sugiarto
PEWARTA : IRIEK
_________________
Catatan Redaksi :
Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, dan/atau menghubungi wartawan kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: mediatribunpost@gmail.com
Terima kasih.