KARAWANG JABAR, Tribunpost.com – Tempat tempat bersejarah menjadi saksi bisu bagaimana sebuah bangsa di masa lalu, sehingga perlu dijaga kelestariannya. Termasuk makam-makam atau petilasan para leluhur yang mempunyai nilai historis di Kota Pangkal Perjuangan, justru kini terbengkalai lantaran kurang perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang.
Seperti diungkapkan Anggota Paguyuban Singaperbangsa, Eyang Andri. Sebagai kuncen, ia pun mengajak masyarakat dan khususnya Pemkab Karawang, untuk menyelamatkan serta merawat bangunan cagar budaya, Makam Adipati Singaperbangsa yang berada di Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
“Tidak ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Karawang, bahkan kondisinya mohon maaf, sekarang seperti kandang ayam,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (15/8/2021).
Andri menambahkan, pihaknya menganggap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang kurang menghargai sejarah. Bagaimana dapat mengingat perjuangan besar leluhur hingga menjadi ibrah di masa depan, sementara kondisi bangunannya saja dibiarkan memprihatinkan.
“Di Mangunjaya kondisinya kurang terawat dan akses jalan mulai banyak yang rusak. Bangunan sudah tidak layak, seperti gapura, pagar dalam dan Makam Bupati sendiri bangunannya sudah pada retak,” paparnya.
Lebih lanjut, meski memakai batu marmer, penataan Makam Singaperbangsa tidak layak lantaran struktur bentuk yang kurang memiliki nilai seni. Kematian itu tanda orang-orang yang menerima kebenaran tanpa syarat, fatamannawul mauta in kuntum shadiqin. Sehingga nisannya perlu sentuhan seni pahat hingga menampakkan kecantikan (jamaliyah) dan keperkasaan (jalaliyah).
“Coba lihat bangunan dan makam-makan di Banten, di Cirebon dan di Jogja, memang benar-benar bagus,” terangnya.
Andri menambahkan, Pemkab Karawang harus menghargai para pejuang terdahulu. Karenanya sudah waktunya Bupati melalui OPD terkait, untuk memperhatikan kembali bangunan bersejarah, seperti makam Adipati Singaperbangsa, serta cagar budaya lainnya.
“Jika ada beberapa yang harus diperbaiki, segera perbaiki. Jangan sampai dibiarkan hilang jejaknya, yang tertinggal cuma cerita tutur tanpa ada wujud bangunan,” pungkasnya.
(Agus Sofyan)